Sabtu, 28 Maret 2009

PANTAI KARTINI JEPARA

Dampak terjadinya gempa bumi yang melanda sebagian Daerah Istimewa Yogyakarta dan Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, 27 Mei 2006, yang sebelumnya diikuti meningkatnya aktivitas Gunung Merapi (di perbatasan Jateng-Yogyakarta) serta serbuan wedhus gembel (awan panas) yang mencemaskan, adalah merosotnya jumlah wisatawan ke daerah itu. Namun, sebaliknya, pengunjung sejumlah tempat wisata di Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, justru cenderung meningkat, bahkan dalam dua tahun terakhir ini. Ingat Jepara, tentulah ingat RA Kartini—pahlawan nasional di bidang gerakan emansipasi perempuan—yang lahir dan dibesarkan di daerah pesisir utara Jawa itu.

Obyek wisata yang tergolong menarik di Jepara lumayan banyak, misalnya, Pantai Kartini, Pantai Bandengan, Benteng Portugis, Pulau Panjang, Museum Kartini, dan Kepulauan Karimunjawa.

Dari berbagai obyek tersebut, Pantai Kartini yang terletak sekitar dua kilometer dari kompleks perkantoran Pemerintah Kabupaten Jepara (tempat RA Kartini dibesarkan), serta Kepulauan Karimunjawa merupakan obyek-obyek yang paling banyak dikunjungi wisatawan.

Ramainya pengunjung ke Pantai Kartini tampaknya juga dipicu keberadaan wahana Sea World atau Dunia Hayati yang pembangunannya belum sepenuhnya rampung. Meski begitu, sebagian sudah dioperasikan. Wahana hiburan ini dibangun dalam bentuk menyerupai kura-kura raksasa. Di samping wahana gres itu, ada sejumlah fasilitas hiburan lain di pantai indah yang disebut oleh mendiang Kartini sebagai Kleine Scheveningen itu—tempat Kartini suka berkontemplasi.

Pada awalnya, pembangunan Dunia Hayati diserahkan kepada PT Citratama Langgeng Arta (CLA) dengan kompensasi pemakaian lahan seluas 1,53 hektar senilai Rp 200 juta. Kompensasi lainnya adalah pembangunan Dunia Hayati itu sendiri senilai Rp 2,7 miliar. Semua dana kompensasi sebesar Rp 2,9 miliar itu sudah diserahkan pihak PT CLA dan masuk kas Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Jepara.

Namun, entah mengapa, pembangunan wahana Dunia Hayati itu tersendat-sendat. Akhirnya, sesuai dengan perjanjian kerja sama yang ditandatangani Bupati Jepara Hendro Martoyo dan Djoenaedy Kosasih, pimpinan PT CLA, proses pembangunan dilanjutkan Pemkab Jepara.

“Eman-eman (sayang) jika tidak dilanjutkan karena ibaratnya tinggal selangkah lagi. Konsekuensinya, Pemkab Jepara harus merogoh APBD 2006 sebanyak Rp 4 miliar. Diharapkan, akhir tahun ini sudah rampung seluruhnya,” kata Kepala Bagian Pemberitaan Dinas informasi dan Komunikasi Kabupaten Jepara, Hadipriyanto.

Mengingat keterbatasan dana, untuk tahap awal Dunia Hayati belum bisa menghadirkan akuarium raksasa dengan isinya sesuai dengan standar—seperti Sea World di daerah lain. Meski demikian, kalau seluruh pembangunan wahana rampung, pengunjung dijamin tidak bakal kecewa.

Kura-kura

Dunia Hayati berbentuk kura-kura itu ditempatkan agak di sudut obyek wisata Pantai Kartini. Namun, karena bentuk bangunannya unik, tinggi, dan besar, maka dengan mudah menarik perhatian pengunjung.

Sampai awal Agustus lalu pembangunan lanjutan yang ditangani Pemkab Jepara meliputi pembangunan lantai dua yang terletak di bagian kepala dan akan digunakan untuk tempat pemutaran film dan akuarium. Selanjutnya, akan dibangun bagian belakang kura-kura.

Pedagang kaki lima (PKL) yang selama ini berada di seputar pantai tersebut kini sudah dipindahkan ke sebelah kanan jalan masuk. Beberapa kamar penginapan yang dikelola Pemkab Jepara pun sudah digusur sehingga kelihatan lebih tertib.

Selain itu, sebagian besar penduduk yang tinggal di dalam kompleks wisata Pantai Kartini seakan berlomba menyediakan/membangun beberapa kamar mandi dan WC (kakus) di lingkungan rumah mereka dengan memungut bayaran Rp 1.000 per pengunjung sehingga terkesan begitu bersih. Bahkan ada yang membangun kamar penginapan.

Penduduk setempat juga memanfaatkan pekarangan atau sebagian rumahnya untuk membuka warung makan, cendera mata, sampai kebutuhan sehari-hari sehingga sedikit banyak keberadaan Dunia Hayati itu membantu penghasilan warga setempat.

Sayangnya, belum ada satu toko pun di kompleks wisata Pantai Kartini itu yang menyediakan aneka kerajinan khas Jepara. Misalnya, kayu berukir, monel (baja putih), dan kain tenun Troso. Umumnya yang dijajakan hasil kerajinan dari bahan baku kerang, karang, ikan hias, kura-kura, dan aneka tongkat kayu yang didatangkan dari Kepulauan Karimunjawa.

Namun, bagi yang senang menikmati makanan, satu restoran yang terletak di tepi bibir pantai—dengan bangunan khas dan mampu menampung puluhan pengunjung sekaligus—saat ini sudah siap dioperasikan. Bahkan sejumlah toko mainan untuk anak dan remaja sudah beroperasi di sana.

Pengunjung yang senang “menikmati” keindahan laut bisa menyewa perahu bermesin tempel bertuliskan Sapta Pesona. Bahkan, bisa mengunjungi Pulau Panjang yang terletak hanya sekitar dua mil laut dari Pantai Kartini.

Di pulau seluas 5 hektar lebih itu pengunjung juga dapat menjumpai aneka burung, rimbunnya beragam tanaman, dan hamparan pasir putih. Di pulau ini sudah dibangun pula jalan setapak untuk berkeliling.

Di lingkungan obyek wisata itu juga ada pelabuhan berstatus diusahakan, yang sebagian besar dimanfaatkan untuk tujuan ke Karimunjawa. Selain kapal motor Muria (sejenis kapal feri) yang melayani alur Jepara-Karimunjawa dua kali seminggu, telah dioperasikan pula kapal cepat yang mampu menempuh perjalanan Jepara-Karimunjawa dalam waktu dua jam.

Jalan masuk menuju gerbang obyek wisata Pantai Kartini juga telah dilebarkan dan diaspal mulus.

Selama ini jumlah pengunjung terbanyak tercatat saat ada pesta Lomban.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar