Sabtu, 28 Maret 2009

MUSEUM KARTINI

Museum R A Kartini berada dilingkungan rumah dinas Bupati Rembang (Jl Gatot Subroto 8 Rembang) - dialun-alun kota Jepara.
Merupakan bangunan asli yang dulu dihuni R.A. Kartini beserta suaminya Djojodiningrat, Bupati Rembang (1889-1912). Sampai sekarang bangunan tersebut masih dipergunakan sebagai rumah dinas Bupati Rembang.
Museum R.A Kartini menempati salah satu kamar yang dulu di tempati R.A Kartini untuk melakukan aktivitas, menulis buah pikiran dan ide-ide beliau, juga sebagai tempat beliau melahirkan putera satu-satunya yang bernama R.M. Susalit, dan sebagai kamar pribadi sampai beliau wafat.

Disini pengunjung dapat melihat beberapa perabot yang dulu dipergunakan R.A Kartini; seperti bak mandi, bothekan tempat jamu, kotak jahitan, meja makan, meja merawat bayi, lukisan karya R.A Kartini berupa tiga ekor angsa, naskah tulisan tangan, sepasang rono penyekat ruangan dari kayu berukir hadiah dari ayahandanya, foto-foto kenangan semasa hidupnya di sekitar museum, disebelah timur gapura komplek Rumah Dinas Bupati, masih berdiri dengan kokoh, bangunan kuno yang dahulu digunakan R.A Kartini untuk mengajar anak-anak bumi putera.

Musium ini banyak menyimpan benda-benda peninggalan R.A.Kartini yang kita kenal selama ini sebagai pahlawan nasional karena dia merupakan tokoh emansipasi Indonesia yang berjuang mengangkat harkat dan martabat kaum wanita.

Benda-benda peninggalan RA.Kartini yang ada dimusium ini adalah foto-foto RA.Kartini dan keluarganya, surat-surat, perabotan rumahtangga, peralatan dapur,dll.
Musium ini merupakan wisata sejarah yang sangat cocok untuk dikunjungi para pelajar dan mahasiswa pada khususnya dan masyarakat pada umumnya agar mereka lebih mengetahui dan mengenal RA.Kartini.

Disamping itu terdapat pula barang-barang penemuan pada masa kerajaan Hindu dan Islam yang tertata rapi dalam ruang Jepara Kuno.

MUSEUM KARTINI

Museum R A Kartini berada dilingkungan rumah dinas Bupati Rembang (Jl Gatot Subroto 8 Rembang) - dialun-alun kota Jepara.
Merupakan bangunan asli yang dulu dihuni R.A. Kartini beserta suaminya Djojodiningrat, Bupati Rembang (1889-1912). Sampai sekarang bangunan tersebut masih dipergunakan sebagai rumah dinas Bupati Rembang.
Museum R.A Kartini menempati salah satu kamar yang dulu di tempati R.A Kartini untuk melakukan aktivitas, menulis buah pikiran dan ide-ide beliau, juga sebagai tempat beliau melahirkan putera satu-satunya yang bernama R.M. Susalit, dan sebagai kamar pribadi sampai beliau wafat.

Disini pengunjung dapat melihat beberapa perabot yang dulu dipergunakan R.A Kartini; seperti bak mandi, bothekan tempat jamu, kotak jahitan, meja makan, meja merawat bayi, lukisan karya R.A Kartini berupa tiga ekor angsa, naskah tulisan tangan, sepasang rono penyekat ruangan dari kayu berukir hadiah dari ayahandanya, foto-foto kenangan semasa hidupnya di sekitar museum, disebelah timur gapura komplek Rumah Dinas Bupati, masih berdiri dengan kokoh, bangunan kuno yang dahulu digunakan R.A Kartini untuk mengajar anak-anak bumi putera.

Musium ini banyak menyimpan benda-benda peninggalan R.A.Kartini yang kita kenal selama ini sebagai pahlawan nasional karena dia merupakan tokoh emansipasi Indonesia yang berjuang mengangkat harkat dan martabat kaum wanita.

Benda-benda peninggalan RA.Kartini yang ada dimusium ini adalah foto-foto RA.Kartini dan keluarganya, surat-surat, perabotan rumahtangga, peralatan dapur,dll.
Musium ini merupakan wisata sejarah yang sangat cocok untuk dikunjungi para pelajar dan mahasiswa pada khususnya dan masyarakat pada umumnya agar mereka lebih mengetahui dan mengenal RA.Kartini.

Disamping itu terdapat pula barang-barang penemuan pada masa kerajaan Hindu dan Islam yang tertata rapi dalam ruang Jepara Kuno.
Museum R A Kartini berada dilingkungan rumah dinas Bupati Rembang (Jl Gatot Subroto 8 Rembang) - dialun-alun kota Jepara.
Merupakan bangunan asli yang dulu dihuni R.A. Kartini beserta suaminya Djojodiningrat, Bupati Rembang (1889-1912). Sampai sekarang bangunan tersebut masih dipergunakan sebagai rumah dinas Bupati Rembang.
Museum R.A Kartini menempati salah satu kamar yang dulu di tempati R.A Kartini untuk melakukan aktivitas, menulis buah pikiran dan ide-ide beliau, juga sebagai tempat beliau melahirkan putera satu-satunya yang bernama R.M. Susalit, dan sebagai kamar pribadi sampai beliau wafat.

Disini pengunjung dapat melihat beberapa perabot yang dulu dipergunakan R.A Kartini; seperti bak mandi, bothekan tempat jamu, kotak jahitan, meja makan, meja merawat bayi, lukisan karya R.A Kartini berupa tiga ekor angsa, naskah tulisan tangan, sepasang rono penyekat ruangan dari kayu berukir hadiah dari ayahandanya, foto-foto kenangan semasa hidupnya di sekitar museum, disebelah timur gapura komplek Rumah Dinas Bupati, masih berdiri dengan kokoh, bangunan kuno yang dahulu digunakan R.A Kartini untuk mengajar anak-anak bumi putera.

Musium ini banyak menyimpan benda-benda peninggalan R.A.Kartini yang kita kenal selama ini sebagai pahlawan nasional karena dia merupakan tokoh emansipasi Indonesia yang berjuang mengangkat harkat dan martabat kaum wanita.

Benda-benda peninggalan RA.Kartini yang ada dimusium ini adalah foto-foto RA.Kartini dan keluarganya, surat-surat, perabotan rumahtangga, peralatan dapur,dll.
Musium ini merupakan wisata sejarah yang sangat cocok untuk dikunjungi para pelajar dan mahasiswa pada khususnya dan masyarakat pada umumnya agar mereka lebih mengetahui dan mengenal RA.Kartini.

Disamping itu terdapat pula barang-barang penemuan pada masa kerajaan Hindu dan Islam yang tertata rapi dalam ruang Jepara Kuno.

BENTENG PORTUGIS


PDF Cetak E-mail

Portuguese fortress in JeparaSalah satu obyek wisata andalan di Jepara adalah Benteng Portugis yang terletak di Desa Banyumanis Kecamatan Keling atau 45 km di sebelah utara Kota Jepara, dan untuk mencapainya tersedia sarana jalan aspal dan transportasi regular.

LOKASI

Dilihat dari sisi geografis benteng ini nampak sangat strategis untuk kepentingan militer khususnya zaman dahulu yang kemampuan tembakan meriamnya terbatas 2 s/d 3 km saja. Benteng ini dibangun di ats sebuah bukit batu di pinggir laut dan persis di depannya terhampargate of portuguese fortress Pulau mondoliko, sehingga praktis selat yang ada di depan benteng ini berada di bawah control Meriam Benteng sehingga akan berpengaruh pada pelayaran kapal dari Jepara ke Indonesia bagian timur atau sebaliknya.

SEJARAH

Pada tahun 1619, kota Jayakarta / Sunda Kelapa dimasuki VOC Belanda, dan saat ini Sunda Kelapa yang diubah namanya menjadi Batavia dianggap sebagai awal tumbuhnya penjajahan oleh Imperialis Belanda di Indonesia. Sultan Agung Raja Mataram sudah merasakan adanya bahaya yang mengancam dari situasi jatuh nya kota Jayakarta ke tangan Belanda. Untuk itu Sultan Agung mempersiapkan angkatan perangnya guna mengusir penjajah Belanda.
Tekad Raja Mataram ini dilaksanakan berturut-turut pada tahun 1628 dan tahun 1629 yang berakhir dengan kekalahan di pihak Mataram. jepara Kejadian ini membuat Sultan Agung berpikir bahwa VOC Belanda hanya bisa dikalahkan lewat serangan darat dan laut secara bersamaan, padahal Mataram tidak memiliki armada laut yang kuat, sehingga perlu adanya bantuan dari pihak ketiga yang juga berseteru dengan VOC yaitu Bangsa Portugis.
Perjanjian kerja sama antara Mataram dan Portugis segera diadakan dan untuk tahap awal Portugis menempatkan tentaranya di benteng yang dibangun oleh Mataram pada tahun 1632. Benteng ini sangat efektif untuk menjaga lintas pelayaran ke kota Jepara yang menjadi Bandar utama Mataram untuk ekspor impor.
Kenyataan kerjasama Mataram dan Portugis tidak bisa direalisir untuk tujuan mengusir Belanda di Batavia bahkan tahun 1642 orang-orang Portugis angkat kaki dari benteng ini karena Malaka sebagai kota utama Portugis di Asia Tenggara justeru direbut oleh Belanda pada tahun 1641.

AIR TERJUN SONGGO LANGIT

Obyek wisata ini terletak di desa Bucu kecamatan Kembang 30 km sebelah utara dari kota Jepara. Air terjun ini mempunyai ketinggian 80 meter dan lebar 2 meter. Konon menurut cerita bahwa tempat ini akan menjadikan awet muda bagi para pengunjung yang melakukan cuci muka ataupun mandi.
Panorama alam di sekitar obyek wisata ini begitu indah dan udaranya cukup nyaman, sehingga sangat cocok untuk acara santai atau kegiatan rekreasi lainnya. Di tempat pula banyak dijumpai kupu-kupu yang beraneka ragam jumlahnya dengan warna-warni yang cukup indah. Unyuk mencapai obyek wisata tersebut dapat ditempuh dengan kendaraan roda 2 maupun roda 4 dengan kondisi jalan beraspal.songgolangit waterfall 1

SEJARAH

Dikisahkan ada seorang jejaka yang berasal dari desa Tunahan menjalin cinta dengan seorang gadis cantik asal Dukuh Sumanding Desa Bucu Kecamatan Kembang. Jalinan cinta mereka ahirnya berlanjut hingga ke jenjang perkawinan. Di sini diceritakan bahwa antara desa Tunahan dan desa Bucu terbentang sungai (sekarang ini sungai yang berada di atas obyek wisata tersebut airnya mengalir ke bawah menjadi air terjun). Pada zaman dahulu seorang laki-laki melamar seorang perempuan harus membawa perabotan dapur seperti wajan, piring, gelas, dll. Serta membawa hewan piaraan kerbau, sapi, kambing,dll.
Pada suatu fajar si isteri bersiap menyiapkan makanan pagi untuk si suami tercinta. Dalam penyediaan sarapan tersebut si isteri kurang hati-hati sehingga menimbulkan suara-suara alat dapur yang saling bersentuhan.
Alkisah, sang mertua (ibu si isteri) menegur anaknya : “Ojo glondhangan, mengko mundhak bojomu tangi” atau dalam bahasa Indonesia : “Jangan gaduh, nanti suamimu terbangun”. Rupanya si suami salah mendengar “Kerjo kok glondhangan, rumangsamu barange bojomu” atau dalam bahasa Indonesia “Kerja kok gaduh, memangnya barang bawaan suamimu”.
Pada saat itu juga si suami merasa tersinggung dengan perkataan sang mertua itu, kemudian pada suatu tengah malam kedua pengantin tersebut berniat pergi dari rumah untuk pindah ke tempat asal suami dengan mengendarai pedati/gerobak yang ditarikoleh sapi. Oleh karena jalannya begitu gelap, maka pedati yang mereka naiki salah jalan (kesasar) sehingga terasa pedati tersebut masuk jurang yang sangat dalam (sekarang air terjun Songgolangit) dan sepasang pengantin tersebut hilang tidak ada yang mengetahui keberadaanya.
Legenda tersebut bersifat turun temurun dan masih melekat kuat di hati masyarakat setempat sehingga merupakan pantangan antara orang-orang desa Tunahan dan desa Bucu untuk hidup sebagai suami isteri, karena dikuatirkan hubungan rumah tangga mereka akan mengalami kemelut.
Sedangkan dinamakan air terjun Songgolangit, karena dilihat dari bawah maka air terjun tersebut tampak seakan akan menyangga horizon langit (jawa : nyonggo langit).
Konon ceritanya air terjun ini ditunggui oleh sepasang suami isteri yang ikut menjaga kenyamanan para wisatawan yang menikmati keindahan obyek wisata tersebut, karena mereka merasa bahwa pengunjung-pengunjung adalah tamunya yang perlu dihormati dan dijaga keamananya dan kenyamananya.

PANTAI KARTINI JEPARA

Dampak terjadinya gempa bumi yang melanda sebagian Daerah Istimewa Yogyakarta dan Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, 27 Mei 2006, yang sebelumnya diikuti meningkatnya aktivitas Gunung Merapi (di perbatasan Jateng-Yogyakarta) serta serbuan wedhus gembel (awan panas) yang mencemaskan, adalah merosotnya jumlah wisatawan ke daerah itu. Namun, sebaliknya, pengunjung sejumlah tempat wisata di Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, justru cenderung meningkat, bahkan dalam dua tahun terakhir ini. Ingat Jepara, tentulah ingat RA Kartini—pahlawan nasional di bidang gerakan emansipasi perempuan—yang lahir dan dibesarkan di daerah pesisir utara Jawa itu.

Obyek wisata yang tergolong menarik di Jepara lumayan banyak, misalnya, Pantai Kartini, Pantai Bandengan, Benteng Portugis, Pulau Panjang, Museum Kartini, dan Kepulauan Karimunjawa.

Dari berbagai obyek tersebut, Pantai Kartini yang terletak sekitar dua kilometer dari kompleks perkantoran Pemerintah Kabupaten Jepara (tempat RA Kartini dibesarkan), serta Kepulauan Karimunjawa merupakan obyek-obyek yang paling banyak dikunjungi wisatawan.

Ramainya pengunjung ke Pantai Kartini tampaknya juga dipicu keberadaan wahana Sea World atau Dunia Hayati yang pembangunannya belum sepenuhnya rampung. Meski begitu, sebagian sudah dioperasikan. Wahana hiburan ini dibangun dalam bentuk menyerupai kura-kura raksasa. Di samping wahana gres itu, ada sejumlah fasilitas hiburan lain di pantai indah yang disebut oleh mendiang Kartini sebagai Kleine Scheveningen itu—tempat Kartini suka berkontemplasi.

Pada awalnya, pembangunan Dunia Hayati diserahkan kepada PT Citratama Langgeng Arta (CLA) dengan kompensasi pemakaian lahan seluas 1,53 hektar senilai Rp 200 juta. Kompensasi lainnya adalah pembangunan Dunia Hayati itu sendiri senilai Rp 2,7 miliar. Semua dana kompensasi sebesar Rp 2,9 miliar itu sudah diserahkan pihak PT CLA dan masuk kas Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Jepara.

Namun, entah mengapa, pembangunan wahana Dunia Hayati itu tersendat-sendat. Akhirnya, sesuai dengan perjanjian kerja sama yang ditandatangani Bupati Jepara Hendro Martoyo dan Djoenaedy Kosasih, pimpinan PT CLA, proses pembangunan dilanjutkan Pemkab Jepara.

“Eman-eman (sayang) jika tidak dilanjutkan karena ibaratnya tinggal selangkah lagi. Konsekuensinya, Pemkab Jepara harus merogoh APBD 2006 sebanyak Rp 4 miliar. Diharapkan, akhir tahun ini sudah rampung seluruhnya,” kata Kepala Bagian Pemberitaan Dinas informasi dan Komunikasi Kabupaten Jepara, Hadipriyanto.

Mengingat keterbatasan dana, untuk tahap awal Dunia Hayati belum bisa menghadirkan akuarium raksasa dengan isinya sesuai dengan standar—seperti Sea World di daerah lain. Meski demikian, kalau seluruh pembangunan wahana rampung, pengunjung dijamin tidak bakal kecewa.

Kura-kura

Dunia Hayati berbentuk kura-kura itu ditempatkan agak di sudut obyek wisata Pantai Kartini. Namun, karena bentuk bangunannya unik, tinggi, dan besar, maka dengan mudah menarik perhatian pengunjung.

Sampai awal Agustus lalu pembangunan lanjutan yang ditangani Pemkab Jepara meliputi pembangunan lantai dua yang terletak di bagian kepala dan akan digunakan untuk tempat pemutaran film dan akuarium. Selanjutnya, akan dibangun bagian belakang kura-kura.

Pedagang kaki lima (PKL) yang selama ini berada di seputar pantai tersebut kini sudah dipindahkan ke sebelah kanan jalan masuk. Beberapa kamar penginapan yang dikelola Pemkab Jepara pun sudah digusur sehingga kelihatan lebih tertib.

Selain itu, sebagian besar penduduk yang tinggal di dalam kompleks wisata Pantai Kartini seakan berlomba menyediakan/membangun beberapa kamar mandi dan WC (kakus) di lingkungan rumah mereka dengan memungut bayaran Rp 1.000 per pengunjung sehingga terkesan begitu bersih. Bahkan ada yang membangun kamar penginapan.

Penduduk setempat juga memanfaatkan pekarangan atau sebagian rumahnya untuk membuka warung makan, cendera mata, sampai kebutuhan sehari-hari sehingga sedikit banyak keberadaan Dunia Hayati itu membantu penghasilan warga setempat.

Sayangnya, belum ada satu toko pun di kompleks wisata Pantai Kartini itu yang menyediakan aneka kerajinan khas Jepara. Misalnya, kayu berukir, monel (baja putih), dan kain tenun Troso. Umumnya yang dijajakan hasil kerajinan dari bahan baku kerang, karang, ikan hias, kura-kura, dan aneka tongkat kayu yang didatangkan dari Kepulauan Karimunjawa.

Namun, bagi yang senang menikmati makanan, satu restoran yang terletak di tepi bibir pantai—dengan bangunan khas dan mampu menampung puluhan pengunjung sekaligus—saat ini sudah siap dioperasikan. Bahkan sejumlah toko mainan untuk anak dan remaja sudah beroperasi di sana.

Pengunjung yang senang “menikmati” keindahan laut bisa menyewa perahu bermesin tempel bertuliskan Sapta Pesona. Bahkan, bisa mengunjungi Pulau Panjang yang terletak hanya sekitar dua mil laut dari Pantai Kartini.

Di pulau seluas 5 hektar lebih itu pengunjung juga dapat menjumpai aneka burung, rimbunnya beragam tanaman, dan hamparan pasir putih. Di pulau ini sudah dibangun pula jalan setapak untuk berkeliling.

Di lingkungan obyek wisata itu juga ada pelabuhan berstatus diusahakan, yang sebagian besar dimanfaatkan untuk tujuan ke Karimunjawa. Selain kapal motor Muria (sejenis kapal feri) yang melayani alur Jepara-Karimunjawa dua kali seminggu, telah dioperasikan pula kapal cepat yang mampu menempuh perjalanan Jepara-Karimunjawa dalam waktu dua jam.

Jalan masuk menuju gerbang obyek wisata Pantai Kartini juga telah dilebarkan dan diaspal mulus.

Selama ini jumlah pengunjung terbanyak tercatat saat ada pesta Lomban.

PROFIL KARIMUN JAWA


1.

Pengantar

Keindahan panorama alam seperti terumbu karang, rumput laut, dan padang lamun dengan biota laut yang beraneka ragam, hutan mangrove, gunung dan sisa hutan tropis dataran rendah, semuanya dalam hamparan yang masih alami sehingga menjadikan kepulauan Karimunjawa sebagai Taman Nasional Laut. Kepulauan ini secara administratif merupakan kecamatan dari wilayah kabupaten Jepara, yang berlokasi sekitar 45 mil arah barat laut kota Jepara. Luas wilayah teritorial Karimunjawa adalah 107.225 ha, sebagian besar berupa lautan (100.105 ha), luas daratannya sendiri adalah 7.120 ha. Daerah ini beriklim tropis yang dipengaruhi oleh angin laut yang bertiup sepanjang hari dengan suhu rata-rata 26 s.d. 30 derajat Celcius, dengan suhu minimum 22 derajat Celcius dan suhu maksimum 34 derajat Celcius.

Kekayaan flora dan fauna Karimunjawa membuatnya menjadi begitu mempesona. Daerah ini memiliki beberapa jenis ekosistem flora, yaitu ekosistem terumbu karang, hutan mangrove (padang lamun), hutan pantai, dan hutan dataran rendah. Di sisi lain, fauna pun bervariasi, seperti rusa dan kera ekor panjang maupun fauna akuatik yang terdiri atas 242 jenis ikan hias dan 133 genera akuatik. Selain itu, di lokasi ini terdapat pula jenis fauna langka yang berhabitat di pulau Burung dan pulau Geleang, seperti burung elang laut dada putih serta dua jenis penyu, yaitu penyu sisik dan penyu hijau.

2.

Legenda Nyamplungan

Nama Karimun menurut cerita rakyat setempat tidak terlepas dari sosok sunan Nyamplung, yang bernama asli Syech Amir Hasan, putera dari sunan Muria. Sedari kecil, ia hidup dimanja sehingga ketika beranjak dewasa, ia menjadi cenderung nakal. Sunan Muria sudah berusaha mendidik puteranya tersebut agar menjadi lebih baik, tetapi selalu gagal. Akhirnya sunan Muria menitipkan puteranya kepada sunan Kudus, dengan harapan menjadi lebih baik. Di bawah bimbingan sunan Kudus, Amir Hasan memang menjadi pribadi yang lebih baik dan taat, sehingga ia dikembalikan kepada keluarganya. Tetapi setelah berkumpul kembali dengan keluarganya, perilaku Amir Hasan kembali seperti semula. Sunan Muria merasa prihatin, dan akhirnya memerintahkan puteranya tersebut untuk turun gunung Muria dan mengamalkan ilmu agama di pulau yang nampak "kremun-kremun" (tidak jelas) bila dilihat dari gunung Muria. Dan sunan Muria pun mengatakan bahwa Amir Hasan tidak boleh kembali ke pulau Jawa sebelum tugasnya selesai. Dengan berbekal 2 buah biji Nyamplung untuk ditanam di pulau tujuan, dan mustaka masjid (sampai saat ini masih berada di kompleks makam sunan Nyamplungan), serta ditemani oleh 2 orang abdi, akhirnya Amir Hasan pun memulai perjalannya. Setelah sampai dan menemukan tempat yang cocok untuk ditinggali, Amir Hasan kemudian menanam 2 buah biji Nyamplung yang dibawanya dari pulau Jawa. Tanaman yang tumbuh dari kedua biji Nyamplung inilah yang sekarang dikenal sebagai pohon Nyamplung, dan lokasinya diberi nama dukuh Nymplung.

3.

Penduduk

Penduduk kepulauan Karimunjawa terdiri atas beberapa suku yang memiliki identitas tersendiri seperti bentuk rumah adat yang khas. Suku-suku yang mendiami kepulauan Karimunjawa adalah suku Jawa, Bugis Makasar, dan Madura. Masyarakat Jawa banyak tinggal di dukuh Karimun, dukuh Legon Lele, dukuh Nyamplungan, dan dukuh Mrican. Sebagian besar mata pencaharian masyarakat Jawa adalah bertani dan membuat industri rumah tangga, seperti batu bata merah dan minyak kelapa. Masyarakat Bugis Makasar sebagian besar bertempat tinggal di pulau Kemujan, dukuh Batu Lawang, dukuh Legon Gede, dan dukuh Tlogo. Masyarakat Bugis terkenal sebagai pelaut yang ulung, oleh karena itu sebagian besar masyarakatnya berprofesi sebagai nelayan. Selain itu, tenun sarung Bugis juga merupakan kekhasan yang lain dari masyarakat Bugis. Hampir sama dengan masyarakat Bugis, masyarakat Madura pun sebagian besar berprofesi sebagai nelayan. Selain itu, mereka pun memiliki kemampuan membuat ikan kering sebagai industri rumah tangga.